Minggu, 05 Juli 2020

Hijrah: Oh inikah Zootopia?

Siapa yang tidak tahu atau belum pernah nonton film Animation berjudul Zootopia? Kalau ada yang belum, coba nonton dulu deh pesan moralnya bagus banget loh. Judy, anak kelinci yang seharusnya ditakdirkan sebagai petani. Mencoba meyakinkan keluarganya bahwa anak petani juga bisa jadi apapun yang diinginkannya. Keinginan Judy adalah bisa menjadi seorang Polisi, hal yang dipandang tidak mungkin, tetapi bisa diwujudkan di negeri Zootopia. Dimana orang-orang bebas melakukan apapun yang diinginkannya.

Sepenggal kisah Judy si Kelinci kecil yang mencari kebebasan, dan keluar dari zona nyamannya membuat Aku merasakan apa yang Judy rasakan. Setelah hamper 2 tahun hidup di Australia Aku menemukan negeri Zootopia versiku sendiri. Hidup bebas tanpa adanya aturan yang masih dianggap tabu dari negaraku sendiri. Aku bisa merasakan apa yang Judy rasakan, hidup bebas tanpa adanya tekanan dan keluar dari zona nyaman. 

Hidup di Australia yang aku jalani benar-benar menawarkan ke-freedom-an yang pernah aku rasakan. Apapun bisa kamu lakukan disini, tanpa takut ataupun khawatir dengan lirikan orang atau julid-an tetangga. Aku merasakan kualitas hidupku lebih positif, seperti hal kecil tentang berpakaian. Tak akan ada yang peduli dengan apa yang kamu pakai dan kenakan saat keluar rumah, mau gak matching, gak disetrika atau mencolokpun gak bakalan ada yang ngomentari. 

Lebih besar dari itu, disini bebas-bebas saja pendidikan tinggi tidak bekerja atau bahkan "hanya" bekerja serabutan yang tidak pasti. Semua orang saling menghargai apapun pilihan diambil. Bahagia rasanya berjalan dengan apa yang kita jalani sesuai dengan keinginan sendiri tanpa adanya tekanan dari pihak manapun. Bukan? 

Kebebasan yang ditawarkan dari Negeri Kangguru ini membuat aku benar-benar merasakan lebih hidup dan menemukan negeri Zootopia versi-ku sendiri. Setelah meninggalkan zona nyaman, sekarang aku menemukan zona nyaman yang baru. 

Terlepas dari semua kebebasan "positif" yang aku rasakan tersebut, tak dapat dipungkiri Negara maju seperti Australia ini, aku juga merasakan kebebasan yang bukan aku inginkan. Lucu memang ya hidup ini, terbiasa dengan kehidupan yang menjunjung tinggi norma-norma kemudian menemukan penyimpangan yang dianggap hal biasa dan wajar itu cukup membuatku geleng-geleng kepala.

Disini orang-orang bebas minum minuman beralkohol, asalkan pada tempatnya dan tidak boleh nyetir. Bebas dan mendukung hubungan sesama jenis dan terang-terangan disahkan. Banyak lagi kebebasan-kebesan yang berbanding terbalik dengan paham yang Ku anut selama ini. Tidak habis pikir, kenapa Tuhan menempatkan Aku pada lingkungan seperti ini. Aku memang menyukai kebebasan, hidup tanpa kekangan dan paksaan terasa lebih positif dan bahagia. Tapi apakah kebebasan yang seperti ini yang Aku inginkan?


Senin, 15 Oktober 2018

Hijrah: dengan sepotong hati yang entah dimana


Ini bukan kali pertamanya Aku meninggalkan rumah, namun entah rasa apa yang ada dalam hati ini. Rasa yang susah dijelaskan dan diungkapkan dengan kata-kata. 

Sebelumnya Aku memutuskan hijrah dari Indonesia tercinta 2 minggu yang lalu dengan tujuan Sydney sebagai pilihan Kota pertama, resign dari pekerja kantoran dan meninggalkan semua orang terkasih dan pergi seorang diri untuk pertama kalinya keluar negeri dalam menjalani hari-hari sebagai Working and Holiday Visa holder (untuk yang ingin lebih tahu apa itu programnya, tanya mbah gugel aja ya searching aja WHV). Entah ini pilihan yang tepat atau engga yang jelas sekarang Tuhan mengarahkan dan mendekatkanku dalam memeluk mimpi-mimpi ini dengan berbagai macam drama berepisode yang seakan tak ada ujungnya. 

Kadang rencana Tuhan ini memang lucu ya dan asik juga kalau dinikmati dan disyukuri kalo dipikir-pikir lagi. Seharusnya hijrah ku ke Sydney ini membuat hatiku berbunga-bunga yekan, ini mimpiku dari jaman kicik bisa merasakan hidup di diluar negeri. Tapi apa? ada perasaan yang entah bagaimana harus menjelaskannya. hampir 2 minggu bermukim di Kota yang sibuk dan multikultural ini ada sesuatu yang seolah-olah susah dideskripsikan. Seperti barang bawaan yang hanya kubiarkan dalam koper dan beberapa baju-baju yang masih terlipat rapi dalam wrap bag. Seolah-olah mereka sangat enggan untuk Ku susun di lemari. Sampai room mate-ku juga heran dengan lontaran pertanyaan, "itu baju-bajunya gak disusun di lemari?". Aku hanya senyum gak jelas menanggapi pertanyaannya. Bingung juga awak kenapa gak langsung rapi-rapi barang bawaan padahal udah hampir 2 minggu. Oh hari ini baru terjawab ternyata Tuhan punya arah dan tujuan lain, Sydney 2 minggu pertama memang tidak menawarkan keberuntungan untukku.

Bermukin 2 Minggu di Sydney dengan hati yang harap-harap cemas (mengingat keuangan yang semakin menipis) membuat Aku tidak terlalu fokus dan menikmati keindahan alam disisi lain Sydney. Saat-saat genting dan mulai hilang harapan seperti ini, kalau bukan mengadu kepada Tuhan Yang Maha Tahu segalanya kepada lagi Aku harus berharap? Ya hanya doa-doa panjang yang mampu Ku panjatkan disetiap sujud. Berharap entah dari siapa Tuhan menggerakkannya.


Singkat cerita ada teman yang menawarkan ikut ke Ayr Queensland, setelah pikir-pikir dan minta petunjuk-Nya. Selasa ditawarin ikut, Rabunya langsung ketemuan beli tiket dan Kamis pagi langsung packing barang-barang yang masih rapi dalam koper buat ngejar flight jam 15.00. Oh, ternyata ini jawaban kegelisahan yang sudah Aku rasakan 2 minggu ini. Plan yang sudah disusun sedemikian rupa berputar arah sesuai kehendak-Nya. Setengah hati itu mungkin memang ada di Kota Ayr sana. Kota yang memanggil-manggil dan bikin gelisah, seperti apa dia? Akankan menawarkan kebahagiaan atau hanya harapan? Entahlah, Aku hanya ingin mengejar sepotong hati itu. sekian~

Hari ini Kamis 19 Juli 2018, jam 15.00 diatas pesawat Jetstar yang akan membawaku ke Cairns Kota yang berada di Utara Benua Australia, Queensland.

Sabtu, 06 Januari 2018

Makan Tuh Omongan!

What? Serem amat yak judulnya. Gak kok gak serem, ini memang fakta hidupnya begini. Mungkin itulah hidup ya ada seremnya, happy, dan lucunya. Kalo orang bilang “up and down” nya gitu.

Yaa yaa Aku makan omongan sendiri. Kalo nyatanya sekarang harus mengadu nasib di Ibu Kota Indonesia tercinta ini. Lah? Emang kenapa? biasa ajapun! Iya biasa bagi orang lain. Bagiku ini makan omongan sendiri, kalo flash back beberapa tahun lalu Aku selalu bilang “ah, gak mau ah kalo kerja di Ibu Kota ini. Umat manusianya rame banget, sesak disemua angkutan umum dan macet dimana-mana”. Tapi sekarang apa? Aku yang sudah terlanjur memasukan Jakarta Ibu Kota Indonesia kedaftar Kota tak layak bagiku ini, sekarang akupun dapat pekerjaan dan menikmati beberapa fasilitas yang ditawarkan Jakarta ini. Makan Tuh Omongan!

Mau gak mau ya terima nasiblah ya, sekarang harus menghabiskan waktu siangnya di Ibu Kota. Setelah hampir setahun menjalani peruntungan di Jakarta, enak-enak aja tuh. Alhamdulillah setelah benar-benar Tuhan pilihkan takdir yang seperti ini, Aku enjoy menjalani.

Semua alasan-alasan penolakan untuk hidup di Ibu Kota diawali pengalaman yang tidak mengenakkan. Seperti harus berdiri selama 3 jam demi berjuang mendapatkan Busway dari Jakarta Timur sana untuk bisa sampai ke Stasiun Jakarta Kota yang letaknya di Jakarta Utara itu. Pegalnya minta ampun mak, lebih-lebih dari pegalnya ngikutin upacara bendera. Udah mah lama, umat manusia bajibun banget yang entah dari mana.

Disana Aku mulai merasakan kerasnya hidup di Ibu Kota, sampe aku harus mencucurkan air mata saat itu. Emang sih kedengarannya lebay, tapi ya memang ini adanya. Belum lagi waktu naik angkot 44 dari Tebet ke Kuningan yang sopirnya galak nauzubillah! Aku yang terbiasa hidup dengan keramahan adat istiadat Sunda yang kalo nawar di Pasar selalu dibilang geulis. Bikin betah nawar deh :D (ex: Aku: “Bu, udahlah kangkungnya 2ribu aja ya? udah siang juga”. Ibu: “belum bisa neng geulis”). Lah, siapa yang gak adem dengarnya kan. Balik lagi bapak angkot tadi, tega nian Dia mencaci- maki mba-mba yang kurang ongkos 500 perak dengan nada tinggi minta ampun pake nama-nama penghuni kebun binatang :’(

Saat itu aku yang duduk tepat dibelakang supir langsung gemetaran dan spechless. Oh, my! Tega banget sih gara-gara 500 perak sampe segitunya, kemudian simbanya dengan lempeng ngelemparin uang 500nya. Oho, langsung lah si bapaknya naik pitam dengan berbagai sumpah-serapah dengan membawa monyet dan teman-temannya. Sampe pas waktu ngasih ongkospun aku gugup setengah mati, uangnya sampe jatoh :’(
Karena sekelumit pengalaman itulah aku agak merasa cangkung untuk hidup di Jakarta. Tapi ajaibnya sekarang enjoy-enjoy aja sih, soalnya aku tiap mau naik KRL baik pergi/pulang selalu berteriak dalam hati “enjoy Jakarta!” huh yeeee! Gak tau ya ini ngefek apa enggak. Tapi, Alhamdulillah yaaa…

Posisi sekarang ini mengingatkan Aku, bahwa benar janji Allah “apa yang kita sangka baik itu belum tentu baik, dan sebaliknya apa yang kita sangka buruk belum tentu buruk”. Allah memang Maha Mengetahui apa yang selalu dibutuhkan Makhluknya. Duh, meleleh banget deh kalo udah kayak gini. Sayang banget ya Allah, selalu memberikan apa yang dibutuhkan. Memang banyak keinginan-keinginan yang belum terpenuhi, tapi Allah menggantinya dengan jalan-jalan yang lain.
Gede banget deh pelajaran yang diambil dari pengalaman konyol seperti ini “Jangan membenci atau mencintai sesuatu secara berlebihan ya, gak baik mungkin saja apa yang kita benci menjadi jalan terbaik dalam hidup kita”. Omat ini mah, awas kemakan omongan sendiri!


*copy tulisan dari tumblr yang sudah diedit, upload 10 Februari 2017

Mari Berkenalan!

Aku waktu Hawaiian end year party kantor 

Hello there!


Kenalin namaku Yulia Wilda Ilfahni, biasanya aku ngenalin panggilan Ani buat lingkungan non formal terus suka pake nama Yulia buat lingkungan formal like perkuliahan dan kerja. Tapi setelah kenal dekat orang-orang suka manggil senyamannya aja, aku sih yes aja asalkan kalian bahagia, yeilaaah :D

Kesibukan saat ini Alhamdulillah masih bolak-balik kantor tiap Senin sampai Jum'at. Sekarang gak lagi suka apa-apa, lagi interst sama dunia parenting dikit-dikit. Waktu luangnya sering dipake baca komen-komen di sosial media gak tau sih ini positif apa enggak tapi hal ini bisa memunculkan beberapa inspirasi (point of view sendiri sih ini).

Asli Minang, rumahku di Kabupaten Padang Pariaman yang tertarik main boleh pm detailnya dimana. Siapa tau mau ketemu orang tuaku kan ya, siapa tau karena aku sendiri sedang tidak dirumah. Sekarang lagi nebeng dirumah kakakku di Bekasi. Hello Bekasi mana suaranyaaa kita seplanet nih *abaikan.

Sudah lulus kuliah S1 sekitar 2 tahun yang lalu dari Universitas Negeri di Bandung dengan Jurusan Teknologi Pendidikan konsentrasi Perekayasa Pembelajaran. Masa-masa kuliah adalah salah satu hal yang paling menyenangkan dalam fase hidupku, bukan berarti yang lainnya enggak.

Saat ini lagi mencoba peruntungan didunia blog sebelumnya di tumblr malas-malasan. Tujuannya pindah ngeblog biar lebih rajin dan produktif menulis, semoga ya doakan! Nanti bakalan ngeshare hal suka-suka yang ada dalam kehidupanku ini. Sekian perkenalan singkatnya, mungkin semakin hari akan semakin kenal melalui tulisan-tulisan recehku. Oh iya mungkin nanti ada beberapa tulisan yang akan dicopy dari tumblr ke blog ini. Cheers!